2.1 Pendekatan Terintegrasi
Pendekatan
terintegrasi digunakan untuk mengembangkan arus kas netto untuk altenatif
proyek terpilih. Pembahasan ini akan
mempergunakan istilah proyek menurut pekerjaan yang merupakan subjek analisis.
Pendekatan terintegrasi ini termasuk tiga komponen dasar, yaitu:
1.
Struktur Perincian Kerja (WBS = Work Breakdown Structure). WBS
merupakan teknik untuk mendefinisikan secara
eksplisit pada tingkat kesuksesan yang rinci, elemen-elemen kerja proyek dan
hubungan-hubungan antar keduanya (disebut
struktur elemen kerja).
2.
Struktur biaya dan penghasilan (klasifikasi). Penggambaran kategori dan elemen
biaya dan penghasilan yang akan diperkirakan dalam mengembangan arus kas.
3.
Teknik-teknik perkiraan (model). Model-model matematik terseleksi
dipergunakan untuk memperkirakan biaya dan penghasilan mendatang selama periode
analisis. Ketiga komponen dasar tersebut, bersama dengan langkah-langkah
prosedural terintegrasi, memberikan pendekatan terorganisir untuk
mengembangkan arus kas untuk alternatif-alternatif.
Pendekatan integrasi dimulai dengan
deskripsi proyek dalam istilah WBS. Proyek WBS dipergunakan untuk menjelaskan
proyek dan tiap karakteristik lainnya yang direfleksikan dalam biaya dan
penghasilan akan datang yang diperkirakan untuk alternatif tersebut (arus kas
netto). Untuk memperkirakan biaya dan penghasilan akan datang untuk suatu
alternatif, perspektif (sudut pandang) dari arus kas haruslah disusun. Selain
itu, kita juga harus mendefinisikan garis dasar perkiraan dan periode analisis.
Pada umumnya, arus kas dikembangkan dari sudut pandang si pemilik modal.
Arus kas netto untuk suatu alternatif
menyatakan apa yang diperkirakan terjadi pada biaya dan penghasilan mendatang
dari sudut pandang yang dipergunakan. Kemudian, perubahan yang diperkirakan
dalam biaya dan penghasilan tersebut dihubungkan dengan alternatif yang relatif
terhadap garis dasar secara konsisten juga dipergunakan untuk seluruh
alternatif yang akan dibandingkan. Garis dasar ini dapat didefinisikan dan
diaplikasikan dalam 2 cara, yaitu:
1. Pendekatan
penghasilan dan biaya total. Adalah
alternatif tanpa perubahan dimasukkan secara eksplisit dalam kumpulan alternatif
dan biaya-biaya serta penghasilan-penghasilan total. Jika ketika pendekatan
garis dasar biaya dan penghasilan total dipergunakan, maka arus kas netto untuk
alternatif tanpa perubahan menyatakan biaya-biaya dan penghasilan-penghasilan
yang diproyeksikan dari alternatif terpilih lainnya yang diperkirakan.
2. Cara
kedua adalah dengan pendekatan differensial. Pada pendekatan ini, arus kas
untuk alternatif tanpa perubahan didefinisikan sebagai nol, baik merupakan
salah satu atau tidak dari alternatif-alternatif
yang dipilih. Arus kas untuk tiap alternatif terpilih lainnya kemudian
menyatakan perubahan-perubahan yang diperkirakan dalam biaya dan penghasilan relatif terhadap keadaan sekarang.
Jika pendekatan garis dasar perkiraan
yang digunakan dalam kajian, maka pendekatan itulah yang harus digunakan secara
konsisten untuk seluruh alternatif. Kesalahan yang sering dilakukan adalah kesalahan mempergunakan kedua
definisi garis dasar ketika mengembangkan arus kas individual. Contohnya adalah
pendekatan penghasilan dan biaya total yang seharusnya dipergunakan pada biaya
perawatan perkiraan untuk alternatif yang tak berubah, tetapi pada alternatif
lainnya, biaya-biaya ini seharusnya diperkirakan dengan mempergunakan perbedaan-perbedaan dari operasi-operasi saat ini.
1.
Struktur Perincian Kerja (WBS = Work Breakdown Structure)
Teknik ini merupakan alat dasar dalam
manajemen proyek dan alat bantu yang penting dalam studi ekonomi teknik. WBS
berlaku sebagai kerangka kerja untuk mendefinisikan seluruh elemen-elemen kerja
proyek dan hubungan-huburìgan antar mereka, mengumpulkan dan mengorganisasikan
informasi, mengembangkan data biaya dan penghasilan yang relevan dan
mengintegrasikan aktivitas-aktivitas manajemen proyek. Jika WBS tidak ada dan
proyek merupakan ukuran yang layak, maka langkah pertama dalam mempersiapkan
arus kas untuk altematif-alternatif, sebaiknya dengan mengembangkan salah satunya.
WBS penting dalam memastikan inklusi
dari seluruh elemen-elemen kerja, mengeliminasi duplikasi dan tumpang tindih
antara elemen-elemen kerja, menghindari aktivitas-aktivitas tak berhubungan dan
melindungi kesalahan-kesalahan lain yang dapat masuk ke dalam kajian. Kamus
deskripsi WBS sering kali dipersiapkan untuk proyek-proyek besar untuk
memastikan bahwa tiap elemen kerja dalam hierarki didefinisikan secara unik.
Proyek dibagi menjadi elemen-elemen
kerja utamanya (Tingkat 2). Elemen- elemen utama tersebut kemudian dibagi untuk
mengembangkan tingkat 3, dan seterusnya. Contohnya adalah sebuah kendaraan (tingkat pertama dari WBS) dapat
dibagi menjadi komponen-komponen tingkat 2, seperti chasis, unit penggerak, dan
sistem kelistrikan. Kemudian komponen tingkat 2 ini dapat dibagi lagi ke
elemen-elemen tingkat 3, misalnya unit penggerak dapat dibagi menjadi mesin dan
transmisi. Proses ini dilanjutkan hingga rincian diinginkan dari definisi dan
deskripsi proyek atau sistem dicapai.
Skema penomoran yang berbeda dapat
dipergunakan. Tujuan dari penomoran adalah untuk menunjukkan hubungan antara
elemen-elemen kerja dalam hierarki dan untuk memberikan manipulasi dan
integrasi data.
Karakter
lain dari proyek WBS adalah sebagai berikut:
1.
Elemen-elemen kerja, fungsional (misalnya, perencanaan), dan fisik (misalnya pondasi)
dimasukkan didalamnya.
a.
Elemen-elemen kerja fungsional yang tipikal adalah pendukung bersifat logistic,
manajemen proyek, pemasaran, engineering, dan integrasi sistem.
b.
Elemen-elemen kerja fisik adalah bagian-bagian yang membuat struktur, produk,
bagian peralatan, sistem persenjataan, atau barang serupa. Mereka memerlukan
tenaga kerja, material, dan sumber-sumber lainnya untuk menghasilkan atau
membangun.
2.
Persayaran-persayaran kandungan dan sumber untuk elemen kerja adalah jumlah
dari aktivitas dan sumber-sumber dari sub-elemen terkait dibawahnya.
3. Proyek
WBS biasanya termasuk elemen-elemen kerja berulang (misalnya perawatan) dan
tidak berulang (misalnya konstruksi awal).
2.
Struktur biaya dan penghasilan (klasifikasi)
Komponen dasar ke dua dari pendekatan
terintegrasi untuk pengembangan arus kas adalah struktur biaya dan penghasilan.
Struktur ini dipergunakan untuk mengindentifikasi dan mengkategorikan biaya dan
penghasilan diperlukan untuk dimasukkan dalam analisis.
a.
Pemakaian Konsep Siklus-Umur dan WBS
Siklus umur dibagi menjadi dua periode
waktu umum: fasa akuisisi dan fasa operasi. Konsep dimulai dengan identifikasi
awal dari kebutuhan atau keinginan ekonomi (persyaratan) dan diakhiri dengan
pembayaran atau penyelesaian. Jadi, diharapkan untuk
mencakup seluruh biaya dan penghasilan sekarang dan akan datang.
Konsep siklus-umur dan WBS merupakan
bantuan penting dalam pengembangan struktur biaya dan penghasilan untuk suatu
proyek. Siklus umur mendefinisikan periode waktu maksimum dan menetapkan
batasan elemen biaya dan penghasilan yang diperlukan untuk dipertimbangkan
dalam pengembangan arus kas. WBS memusatkan usaha analis pada elemen-elemen
kerja fungsional dan fisik spesifik, dan juga pada biaya dan penghasilan yang
berhubungan dengannya.
Secara ideal, periode kajian untuk
proyek adalah siklus umur dari produk, struktur, sistem dan pelayanan yang
terlibat. Hal ini memberikan seluruh biaya dan pendapatan yang relevan, baik
sekarang dan akan datang, untuk dipertimbangkan secara penuh dalam pembuatan
keputusan. Juga, periode kajian ini memungkinkan pertukaran secara eksplisit
antara biaya-biaya awal selama fasa akuisisi dan seluruh biaya dan penghasilan
berikutnya selama fasa operasi dalam menganalisa beberapa alternatif.
b.
Perkiraan Diperlukan Untuk Studi Ekonomi Teknik Tipikal
Sumber kesalahan paling serius dalam
mengembangkan arus kas adalah pengabaian kategori-kategori penting dari biaya
dan penghasilan. Struktur biaya dan penghasilan, dipersiapkan dalam bentuk
tabel atau daftar. Kedekatan secara teknis dengan proyek merupakan hal penting
dalam memastikan ketidaklengkapan struktur, sebagaimana mempergunakan konsep
siklus umur dan WBS untuk persiapannya.
Berikut adalah daftar singkat dari
beberapa kategori biaya dan penghasilan yang secara tipikal diperlukan dalam
kajian ekonomi teknik, bersama dengan suatu diskusi bagaimana perkiraan
seharusnya dicapai:
1. Investasi modal terdiri dari dua
kategori pokok:
a. Investasi modal tetap, seperti untuk kajian
kelayakan, desain dan engineering, pembelian dan perbaikan tanah, bangunan,
peralatan, instalasi, pengeluaran-pengeluaran
untuk promosi dan hukum, dan biaya-biaya permulaan.
b. Modal kerja, seperti untuk inventori, rekening diterima, tunai
untuk upah, material, dan rekening lain yang terbayar. Modal kerja adalah dana
berputar yang diperlukan untuk mendapatkan proyek yang dimulai dan
mempertemukan obligasi berikutnya. Secara normal, dianggap bahwa sebagian atau
seluruh modal kerja dapat dikembalikan pada akhir umur proyek.
2. Biaya tenaga kerja merupakan fungsi
dari tingkat ketrampilan, pasokan tenaga kerja dan waktu diperlukan. Standar
untuk jumlah normal dari output per jam tenaga kerja telah dikembangkan untuk
beberapa kelas kerja. Waktu standar yang dikombinasikan dengan rata-rata upah
diharapkan memberikan perkiraan biaya tenaga kerja yang masuk akal untuk pekerjaan-pekerjaan
berulang.
3. Biaya material tergantung pada
situasi proyek atau operasi; sebagai contoh suatu output dari operasi A dapat
merupakan input untuk operasi B. Biaya material adalah biaya yang dihubungkan
dengan substansi-substansi fisik yang akan dikerjakan atau ditransformasikan.
4. Biaya perawatan adalah biaya rutin
yang diperlukan untuk pemeliharaan properti dan perubahan-perubahan kecil yang
diperlukan untuk pemakaiannya yang lebih efisien. Biaya perawatan cenderung bertambah
seiring umur dari aset.
5. Pajak properti dan asuransi
biasanya dinyatakan sebagai prosentase tahunan dari investasi modal dalam
perbandingan ekonomis.
6. Biaya kwalitas (dan sisa)
tergantung dari tipe produk dan hubungannya dengan standar kwalitas, sama
halnya terhadap kemampuan dari tenaga kerja, waktu belajar dan kemungkinan
kerja ulang.
7. Biaya overhead adalah biaya-biaya
yang tidak dapat dikenakan secara tepat dan praktis terhadap produk atau jasa
utama, dan sehingga secara normal dibagi rata antara pusat-pusat produk atau
biaya terhadap beberapa dasar yang berubah-ubah.
8. Biaya terbuang adalah biaya tidak
kembali yang berhubungan dengan penghentian operasi dan pemberhentian,
pembuangan atau penjualan aset untuk menyediakan bunga terbaik dari pemilik.
9. Penghasilan adalah kas masuk
(penerimaan) dari seluruh sumber-sumber potensial. Perbedaan-perbedaan penghasilan antara
altematif-alternatif perlu untuk dipertimbangkan secara teliti. Mereka
diproyeksikan berdasar pada kondisi pasar mutahir, perubahan-perubahan akan datang
yang diharapkan dalam pasar untuk produk dan jasa yang dilibatkan, saham pasar
diharapkan perusahaan dan harga yang didasarkan pada kompetisi.
10. Nílai sisa atau pasar secara
tipikal merupakan fungsi dari umur pemakaian aset dan dalam kasus umur yang
panjang adalah secara relatif tidak penting untuk hasil studi.
3.
Teknik-teknik perkiraan (model)
Komponen dasar ke tiga dari pendekatan
terintegrasi melibatkan teknik-teknik
(model-model) perkiraan. Teknik-teknik tersebut, bersama dengan data biaya dan penghasilan
yang rinci dipergunakan untuk mengembangkan perkiraan arus kas dan arus kas
netto untuk tiap altematif. Perkiraan biaya dan penghasilan dapat
diklasifikasikan menurut rincian, akurasi dan pemakaian yang mereka inginkan
sebagai berikut:
A.
Orde dari perkiraan besarnya (tingkat evaluasi perencanaan dan awal dari suatu
proyek)
Orde perkiraan besarnya dipergunakan
dalam menseleksi altematif-altematif yang layak untuk kajian. Mereka secara
tipikal memberikan akurasi dalam batas kurang lebih 30 sampai 50% dan
dikembangkan melalui hal-hal semi formal seperti konferensi, angket dan
pertanyaan-pertanyaan
bersifat umum yang diaplikasikan pada Tingkat 1 atau 2 dari WBS.
B.
Perkiraan setengah rinci atau rencana anggaran (tingkat desain pendahuluan atau
konseptual dari suatu proyek)
Perkiraan rencana anggaran (setengah
rinci) disusun untuk mendukung pekerjaan desain pendahuluan dan keputusan
dibuat selama periode proyek. Akurasi perkiraan biasanya terletak dalam batas
kurang lebih 15 %. Perkiraan ini berbeda dalam kebenaran laporan biaya dan
penghasilan dan jumlah pekerjaan dihabiskan untuk perkiraan. Persamaan
perkiraan yang diaplikasikan pada Tingkat 2 dan 3 dari WBS dipergunakan secara
normal.
C.
Perkiraan definitif (terinci): dipergunakan dalam tingkat
engineering/konstruksi terinci dari suatu proyek
Perkiraan secara rinci dipergunakan
sebagai dasar untuk penawaran dan untuk membuat keputusan desain secara rinci.
Akurasinya sebesar kurang lebih 5%. Perkiraan ini dibentuk dari spesifikasi,
gambar, peninjauan lokasi, penentuan penjual, dan catatan sejarah perusahaan
dan biasanya dilakukan pada Tingkat 3 dan tingkat selanjutnya dalam WBS.
Jadi, nampak jelas bahwa perkiraan
biaya atau penghasilan dapat bervariasi dari perhitungan balik amplop oleh
seorang ahli hingga ramalan yang sangat rinci dan akurat dari waktu mendatang
oleh tim proyek. Tingkat rincian dan akurasi dari perkiraan akan tergantung
pada:
1. Waktu dan pekerjaan tersedia dan dinilai oleh
kepentingan kajian.
2. Kesulitan memperkirakan bagian-bagian dalam pertanyaan
3. Metode
atau teknik yang dipakai.
4. Kualifikasi dari penilai.
5.
Sensitivitas dari hasil-hasil kajian terhadap perkiraan faktor utama.
2.2 Teknik-Teknik Perkiraan Terpilih
Teknik-teknik perkiraan yang
didiskusikan dalam bagian ini dapat dipergunakan untuk perkiraan orde besar dan
beberapa perkiraan setengah rinci atau rencana anggaran. Teknik-teknik ini
sangat berguna dalam seleksi awal dari alternatif-alternatif yang layak untuk
analsis lebih lanjut dalam fasa desain konseptual atau pendahuluan dari suatu
proyek. Seringkali, model-model ini dapat dipergunakan dalam fasa desain rinci
dari suatu proyek untuk mengurangi jumlah perkiraan teknis berdasarkan pada
ongkos material, biaya-biaya standard dan
informasi rinci lainnya. Teknik-teknik perkiraan terpilih yang akan dibahas
adalah teknik indeks, teknik satuan, teknik faktor, dan hubungan-hubungan
perkiraan.
A.
Indeks
Biaya dan harga bervariasi terhadap
waktu dengan sejumlah alasan, termasuk kemajuan teknologi, tersedianya tenaga
kerja dan material serta inflasi. Indeks merupakan bilangan tak berdimensi yang
menunjukkan berapa biaya yang berubah terhadap waktu dengan basis tahun dasar.
Indeks memberikan cara yang tepat untuk mengembangkan perkiraan biaya dan harga
sekarang serta akan datang dari data yang tersedia.
Pada teknik
ini, biaya dan harga penjualan potensial suatu barang dapat diambil dari data
terdahulu dengan tahun dasar khusus dan diperbarui dengan satu indeks. Konsep
ini dapat diaplikasikan pada tingkat lebih rendah WBS untuk memperikirakan
biaya peralatan, material, dan tenaga kerja. Sama halnya pada tingkat atas WBS
untuk memperkirakan biaya proyek total dari fasilitas baru, seperti jembatan,
dan sebagainya.
B. Teknik Satuan
Teknik satuan
meliputi pemakaian “faktor per satuan” yang dapat diperkirakan secara efektif,
contohnya adalah biaya modal, penghasilan, biaya perawatan, dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut jika dikalikan dengan satuan yang tepat akan memberikan
perkiraan total dari biaya, penghematan atau penghasilan.
C. Teknik Faktor
Teknik faktor
merupakan perluasan dari metode satuan dalam strategi pembagian dasar, dimana
satu penjumlahan produk dari beberapa kuantitas atau komponen dan
menambahkannya untuk tiap komponen yang diperkirakan secara langsung. Teknik
faktor sangat berguna ketika kekompleksan dari situasi perkiraan tidak
memerlukan WBS tetapi beberapa bagian berbeda dilibatkan.
D. Hubungan-Hubungan Perkiraan
Hubungan-hubungan
perkiraan biaya dan harga merupakan model matematis yang menjelaskan biaya
suatu barang (misalnya produk, barang, atau aktivitas) sebagai fungsi dari satu
atau lebih variabel bebas. Bermacam-macam teknik statistik atau matematis
lainnya dipergunakan untuk mengembangkan hubungan-hubungan perkiraan. Model
regresi linear sederhana dan regresi linear kelipatan yang merupakan standar
metode statistik untuk memperkirakan nilai variabel terikat sebagai fungsi dari
satu atau lebih variabel bebas sebagai berikut.
a. Teknik
Ukuran-Pangkat
Teknik ukuran pangkat yang seringkali dinyatakan
sebagai model eksponensial, sering dipergunakan untuk menentukan biaya pabrik
dan peralatan industri. Metode ini menyatakan bahwa biaya bervariasi terhadap
jumlah pangkat dari perubahan kapasitas atau ukuran.
b.
Pembelajaran dan Perbaikan
Suatu kurva pembelajaran merupakan model matematis
yang menjelaskan fenomena dari efisiensi pekerja yang bertambah dan kinerja
organisasi yang diperbaiki dengan produksi repetitif dari barang atau jasa.
Kurva pembelajaran kadang disebut sebagai kurva pengalaman atau fungsi proses
manufaktur. Sebagai contoh, efek kurva pembelajaran dapat dipergunakan dalam
memperkirakan jam-jam professional yang dihabiskan oleh staf engineering untuk
menyelesaikan desain rinci berurutan dalam famili produk, sebagaimana perkiraan
jam-jam tenaga kerja diperlukan untuk merakit produk.
Konsep dasar dari kurva pembelajaran adalah beberapa
sumber-sumber input (misalnya biaya energi, jam-jam tenaga kerja, biaya
material, jam-jam engineering) berkurang pada tiap output dasar satuan sebagai
jumlah satuan yang dihasilkan. Kebanyakan kurva pembelajaran didasarkan pada
asumsi bahwa pengurangan persentase yang terjadi akan membuat jumlah
satuan-satuan yang dihasilkan menjadi dua kali lipatnya. Sebagai contoh, jika
100 jam tenaga kerja diperlukan untuk menghasilkan satuan output pertama dan
diasumsikan kurva pembelajaran 90% maka 100 (0,9) = 90 jam kerja akan
diperlukan menghasilkan unit kedua. Hal serupa, 100 (0,9)2 = 81 jam
kerja akan diperlukan untuk menghasilkan unit keempat, dan seterusnya.
Sehingga, kurva pengetahuan 90% akan menghasilkan pengurangan 10% dalam jam-jam
tenaga kerja tiap kali kuantitas produksi dilipatduakan.
Asumsi dari pengurangan persentase dengan jumlah
konstan dari sumber input yang dipergunakan (per satuan output) tiap waktu
jumlah satuan output dilipatduakan dapat dipergunakan untuk mengembangkan model
matematik sebagai fungsi pembelajaran (perbaikan).
2.3 Biaya-Biaya
Produk Total Perkiraan dan Harga Penjualan
Biaya produk
dapat diklasifikasikan secara langsung atau tidak langsung. Biaya langsung
secara mudah ditentukan ditetapkan untuk produk yang khusus, sedangkan biaya
tidak langsung tidak secara mudah dialokasikan untuk produk tertentu.
Biaya-biaya
manufaktur mempunyai hubungan langsung terhadap volume produksi. Secara umum,
biaya administratif adalah tetap dengan tanpa memperhatikan volume, biaya
material bervariasi secara langsung dengan volume, dan biaya peralatan
merupakan fungsi langkah dari tingkat produksi.
Biaya primer
dalam kategori pengeluaran manufaktur termasuk engineering dan desain,
pengembangan biaya, perkakas, tenaga kerja pabrik, material, supervisi, kontrol
kualitas, keandalan dan testing, pengemasan, biaya tambahan pabrik, umum dan
administratif, distribusi dan pemasaran, keuangan, pajak, dan asuransi.
Suatu
perkiraan yang rinci diperlukan, sehingga kita memerlukan gambar, spesifikasi,
skedul produksi, catatan historis dari biaya tenaga kerja perusahaan, tagihan
untuk material dan rencana proses. Rencana proses menjelaskan seluruh operasi
yang harus dilakukan untuk produk dan jam-jam tenaga kerja ikut dilibatkan.
Biaya
engineering dan desain terdiri dari desain, analisis dan gambar, bersama dengan
biaya-biaya lainnya seperti reproduksi. Biaya engineering dapat dialokasikan
terhadap produk dengan dasar berapa banyak jam kerja engineering yang
dilibatkan. Tipe-tipe biaya major lainnya yang harus diperkirakan adalah
sebagai berikut:
a. Biaya-biaya perkakas, yang terdiri dari perawatan
dan perbaikan ditambah biaya dari tiap peralatan baru.
b. Biaya tenaga kerja manufaktur, yang ditentukan dari
data standar, catatan historis, atau departemen akunting.
c. Biaya-biaya material, yang didapat dari catatan
historis, ketetapan penjual dan tagihan material.
d. Kelebihan bahan buangan harus dimasukkan.
e. Supervisi, yang merupakan biaya tetap berdasarkan
gaji dari karyawan supervisor.
f Biaya tambahan pabrik, yang termasuk utilitas,
perawatan, dan perbaikan. Terdapat bermacam-macam metode yang dipergunakan
untuk mengalokasikan biaya tambahan, seperti pembagian terhadap upah tenaga
kerja langsung, atau jam-jam tenaga kerja langsung, atau jam-jam mesin.
g. Biaya administratif, yang seringkali dimasukkan
dalam biaya tambahan pabrik (atau pokok).
A. Contoh Perkiraan Biaya Manufaktur
Secara
tipikal, biaya-biaya tenaga kerja langsung diperkirakan melalui teknik satuan.
Rencana proses manufaktur dipergunakan untuk memperkirakan jumlah total dari
jam-jam tenaga kerja langsung yang diperlukan per satuan output. Besaran ini
kemudian dikalikan dengan rata-rata tenaga kerja komposit untuk mendapatkan
biaya tenaga kerja langsung total. Biaya-biaya tenaga kerja tidak langsung
seringkali dialokasikan terhadap produk-produk individual dengan mempergunakan
perkiraan faktor. Perkiraan-perkiraan didapat dengan pernyataan biaya sebagai
persentase dari biaya lainnya.
B. Pembiayaan Desain dan Sasaran
Secara
tipikal, firma-firma Amerika menentukan perkiraan awal dari harga jual produk
baru menggunakan pendekatan dari bawah ke atas yang telah dijelaskan dalam
bagian sebelum ini. Yaitu, harga jual perkiraan didapat dengan mengakumulasi
biaya-biaya tetap dan variabel dan kemudian menambahkan batas keuntungan yang
adalah persentase dari biaya total. Proses ini seringkali diistilahkan sebagai
desain untuk harga. Harga jual yang diperkirakan kemudian dipergunakan
departemen pemasaran untuk menentukan apakah produk baru dapat dijual atau
tidak.
Sebaliknya,
firma-firma Jepang menerapkan konsep pembiayaan sasaran yang merupakan
pendekatan dari atas ke bawah. Fokus dari pembiayaan sasaran adalah “berapa
sebaiknya biaya produk” selain dari “berapa biaya produk”. Pembiayaan sasaran
dimulai dengan penyelidikan pasar untuk menentukan harga jual terbaik dari
produk pesaing. Biaya sasaran didapat dengan deduksi hasil diinginkan pada
penjualan (ROS = return on sales) dari harga jual kompetitor yang terbaik. ROS
secara tipikal dinyatakan sebagai persentase harga.
Biaya sasaran = harga kompetitor (1 – ROS)
Biaya sasaran
ini didapat terutama untuk perencanaan produk dan dipergunakan sebagai tujuan
untuk desain engineering, perolehan dan produk.
Proses desain
engineering pendahuluan diawali secara bersama dengan penentuan biaya sasaran
dan mempergunakan perkakas konvensional seperti struktur perincian kerja dan
perkiraan biaya untuk mempersiapkan proyeksi biaya manufaktur total dari bawah
ke atas. Biaya manufaktur total menyatakan suatu penaksiran awal dari berapa
biaya firma untuk desain dan pembuatan produk yang dipertimbangkan. Biaya
manufaktur total kemudian dibandingkan terhadap biaya sasaran dari atas ke
bawah. Jika biaya manufaktur total melebihi biaya sasaran, maka desain harus
balik kembali ke engineering untuk membandingkan nilai dan fungsi desain dan
berusaha mengurangi biaya desain. Proses iteratif ini merupakan kunci yang
menunjukkan prosedur desain untuk biaya. Jika biaya manufaktur total dapat
dibuat lebih sedikit dibandingkan biaya sasaran, proses desain berlanjut sampai
desain terinci, berpuncak dalam desain akhir untuk diproduksi. Jika biaya
manufaktur total tidak dapat dikurangi ke biaya sasaran, firma akan
mempertimbangkan secara serius untuk mengabaikan produk.
2.4 Perkiraan
Arus Kas untuk Proyek Kecil
Pengertian Laporan Arus Kas
Informasi
tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai
dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para
pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun
laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan.
Agar
menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan
kembali. Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas.
Sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar
atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut
Arthur, J. Keown, David F. Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty
(2001:678) setiap usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu mengandung
dua macam arus kas, yaitu:
a. Arus kas keluar netto (Net outflow of cash), yaitu:
arus kas yang diperlukan untuk investasi baru.
b. Arus kas masuk netto (Net inflow of cash), yaitu:
sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang sering disebut “Net cash
proceeds.”
Pengertian
luas mengenai arus kas yang dari kegiatan penjualan atau kegiatan yang sama
dikurangi oleh semua biaya-biaya yang meliputi seluruh pengeluaran-pengeluaran
kas. Arus kas didefenisikan sebagai laba sebelum pajak dari suatu proyek,
ditambah dengan biaya penyusutan dan dikurangi laba bersih sebelum pajak
tambahan yang diakibatkan oleh proyek-proyek tersebut.
Laporan arus
kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas dan perubahan bersih pada kas
yang berasal dari: Aktivitas Operasi, Investasi dan Pendanaan perusahaan selama
satu periode dalam suatu format yang menunjukkan bagaimana melaporkan suatu
rugi bersih dan tetap mengadakan pengeluaran modal yang besar atau membayar
deviden, atau akan menceritakan bagaimana perusahaan mengeluarkan atau
menaikkan hutang atau saham biasa atau keduanya selama periode tersebut.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, arus kas merupakan arus kas masuk
dan arus kas keluar.
Oleh karena
suatu perusahaan membuat suatu laporan biasanya secara periodik, maka ketika
menyiapkan laporan arus kas yang berdasarkan pendapatan, akumulasi penyusutan,
pinjaman modal dan pajak harus menunjukkan pemisahan antara kelompok utama
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari: Aktivitas
Operasi, Aktivitas Investasi dan Aktivitas Pendanaan.
Arus kas
adalah istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan arus kas (kas yang
diterima) dari kegiatan operasi. Istilah arus kas juga digunakan untuk
menunjukkan dana, dimana arus kas bersih mewakili perbedaan antara sumber dan
penerimaan.
Pada dasarnya
ada beberapa motif (dorongan) yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki
sejumlah kas. Dorongan-dorongan inilah yang menentukan jumlah kas yang harus
dimiliki perusahaan. Motif-motif tersebut, antara lain:
1. Motif
Transaksi (Transaction Motive)
Motif Transaksi dimaksudkan bahwa perusahaan
membutuhkan sejumlah uang tunai untuk membiayai kegiatannya sehari-hari,
seperti: untuk gaji dan upah, membeli barang, membayar tagihan dan pembayaran
hutang kepada kreditur apabila jatuh tempo.
2. Motif
Berjaga-jaga (Safety Motive / Precautionary Motive)
Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga
terhadap kebutuhan yang mungkin terjadi, tetapi tidak jelas kapan akan
terjadinya, seperti: kerusakan mesin, perubahan harga bahan baku, kebakaran dan
kecelakaan.
3. Motif Spekulatif
(Speculative Motive)
Motif Spekulatif dimaksudkan untuk mengambil
keuntungan kalau kesempatan itu ada, seperti: perusahaan menggunakan kas yang
dimilikinya untuk diinvestasikan pada sekuritas (saham atau obligasi) dengan
harapan setelah membeli sekuritas tersebut harganya akan naik.
4. Motif
Compensating Balance
Motif ini sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan
perusahaan akibat meminjam sejumlah uang di bank. Apabila perusahaan meminjam
uang di bank, biasanya bank menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan
sejumlah uang di dalam rekeningnya. Misalnya: suatu perusahaan meminjam dana
dari bank sebesar Rp 500 juta dan bank mengharuskan perusahaan memiliki
simpanan di bank tersebut dengan saldo Rp 50 juta. Jumlah inilah yang disebut
sebagai compensating balance.
Secara umum,
hanya motif transaksi dan berjaga-jaga saja yang paling sering menyebabkan
perusahaan harus memiliki kas, sedang alasan untuk spekulasi memiliki prioritas
yang paling rendah untuk diperhatikan karena saat terjadinya sangat sulit untuk
diprediksi.
Dalam hal
kepemilikan kas, perusahaan juga harus mampu melakukan penyeimbangan. Artinya:
apabila perusahaan memiliki saldo kas yang terlalu besar, maka perusahaan akan
mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan
dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan.
Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan perusahaan mengalami
kesulitan likuiditas. Oleh karena itu, ada beberapa model yang digunakan untuk
membantu menentukan target saldo kas.
a. Model Baumol
Model ini
dikembangkan oleh William Baumol. Pada prinsipnya model persediaan (EOQ) yang
diterapkan pada manajemen kas. Biaya pesanan diganti dengan biaya administrasi
dan biaya transaksi pada waktu melakukan transfer kas menjadi surat berharga
dan sebaliknya. Untuk dapat menggunakan Model Baumol dengan baik, maka harus
didasarkan pada berbagai asumsi. Asumsi-asumsi tersebut, antara lain adalah:
1) Adanya kepastian jumlah kas yang dibutuhkan setiap
saat.
2) Pengeluaran kas perusahaan tetap (konstan) dari
waktu ke waktu.
3) Pada saat kas dibutuhkan surat berharga dengan
segera dapat dijual.
4) Biaya yang dikeluarkan untuk menjual surat berharga
menjadi kas adalah tetap untuk setiap transaksi, tanpa dipengaruhi oleh jumlah
atau nilai surat berharga yang dijual.
Model Baumol
memberikan sumbangan penting bagi manajer keuangan dalam mengelola kas
perusahaan. Meskipun demikian ada beberapa keterbatasan dari model tersebut,
yaitu:
a) Model tersebut mengasumsikan penggunaan kas yang
konstan setiap periodenya. Dalam prakteknya, pengeluaran kas tidaklah
seluruhnya bisa dikendalikan oleh perusahaan.
b) Model tersebut mengasumsikan bahwa selama interval
waktu tertentu terdapat adanya kas masuk. Dalam prakteknya perusahaan ada
melakukan penerimaan kas dengan pengeluaran kas setiap harinya.
c) Tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya
persediaan kas untuk keamanan, dan sebagainya.
b. Model Miller-Orr
Model
Miller-Orr tepat digunakan untuk kondisi dimana pengeluaran kas ber-fluktuasi
(tidak konstan) dari waktu ke waktu secara random dan tingkat ketidakpastian
pembayaran kas yang cukup besar. Model ini pada dasarnya menentukan batas atas
dan batas bawah fluktuasi kas. Ide dasar model ini adalah apabila jumlah kas
mencapai batas atas, maka perusahaan membeli surat berharga untuk menurunkan
kas, sebaliknya apabila mencapai batas bawah maka perusahaan menjual surat
berharga untuk menambah kas. Selama kas berada antara batas atas dan batas
bawah, maka perusahaan tidak melakukan transaksi.
2.5 Pengembangan
Arus Kas
A. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas
Tujuan utama
dari laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Tujuan keduanya adalah
memberikan informasi atas dasar mengenai aktivitas operasi, investasi dan
pembelanjaan.
Selain tujuan
di atas, laporan arus kas juga penting untuk mengetahui keadaan kas secara
pasti demi menjaga likuiditas perusahaan. Dengan adanya laporan kas ini, maka
perusahaan akan mengetahui apakah perusahaan dalam keadaan defisit atau bahkan
mengalami surplus.
Apabila
terjadi defisit, perusahaan akan dapat memperkirakan darimana defisit tersebut
dapat ditutupi. Defisit dapat ditutupi dengan mengadakan pinjaman ke bank atau
dengan mencari modal sendiri, sedangkan bila terjadi surplus maka perusahaan
dapat memperkirakan atau merencanakan pemanfaatan kas.
Menurut
Harahap (2006:257), disamping tujuan yang disebutkan di atas laporan arus kas
juga bermanfaat untuk:
1. Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan,
merencanakan, mengontrol arus kas masuk dengan arus kas keluar pada masa lalu.
2. Menilai kemampuan keadaan arus kas masuk dan arus
kas keluar, arus kas bersih perusahaan termasuk kemampuan membayar deviden di
masa yang akan dating.
3. Menyajikan informasi bagi investor, kreditur,
memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan.
4. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas
ke perusahaan di masa yang akan dating.
5. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih
dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.
6. Menilai pengaruh investasi baik secara kas maupun
bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu
periode tertentu.
B. Klasifikasi Arus Kas
Menurut
Niswonger, Roilin C, Philip E (2003:145) laporan arus kas melaporkan arus kas
melalui 3 jenis aktivitas, yaitu:
1. Arus kas dari aktivitas operasi (cash flows from
operating activities) adalah: arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba
bersih. Contoh: mencakup pembelian dan penjualan barang dagang oleh pengecer.
2. Arus kas dari aktivitas investasi (cash flows investing
activities) adalah: kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi aktiva
tetap. Contoh: penjualan dan pembelian aktiva tetap, seperti: peralatan dan
bangunan.
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah: arus kas
dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan hutang perusahaan. Contoh:
penerbitan atau penarikan ekuitas dan hutang.
Menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia, laporan arus kas melaporkan selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut 3 (tiga) jenis aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas Operasi.
2. Aktivitas Investasi.
3. Aktivitas Pendanaan.
Berikut ini dijelaskan mengenai Aktivitas
Operasi, Aktivitas Investasi dan Aktivitas Pendanaan:
1. Aktivitas Operasi
Jumlah aliran
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan aliran kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, pemeliharaan kemampuannya tersebut membayar deviden dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan para sumber pendanaan dari luar.
Arus kas masuk
yang berasal dari Aktivitas Operasi, misalnya:
a. Kas yang diperoleh dari penjualan barang dan jasa
secara tunai.
b. Kas yang diterima dari penagihan piutang dagang dan
piutang lainnya.
c. Kas yang diterima dari kontrak yang diadakan untuk
tujuan transaksi usaha.
Arus kas
keluar yang berasal dari Aktivitas Operasi, misalnya:
a. Kas yang dikeluarkan untuk pajak dan biaya
administrasi lainnya.
b. Pembayaran hutang-hutang jangka pendek, yang
meliputi: hutang dagang, gaji, bunga dan sebagainya.
c. Pembayaran untuk pembelian barang dan jasa.
d. Pengeluaran kas untuk kegiatan operasi termasuk
juga untuk pembayaran biaya gaji, upah, sewa dan biaya operasi lainnya.
2. Aktivitas Investasi
Transaksi kas
yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan non kas lainnya yang
digunakan oleh perusahaan. Arus kas masuk terjadi jika kas yang diterima dari
hasil atau pengembalian investasi yang dilakukan sebelumnya, misalnya: dari
hasil atau penjualan.
Arus kas masuk
yang berasal dari Aktivitas Investasi, misalnya:
a. Penjualan aktiva tetap.
b. Penjualan surat berharga yang berupa investasi.
c. Penagihan pinjaman jangka panjang (tidak termasuk
bunga jika ini merupakan kegiatan investasi).
Arus kas
keluar yang berasal dari aktivitas, misalnya:
a. Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap.
b. Pembelian investasi jangka panjang.
c. Pemberian pinjaman ke pihak lain.
3. Aktivitas Pendanaan
Merupakan kegiatan
pendapatan sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari
sumber dana tersebut, meminjam dan membayar hutang kembali, atau melakukan
pinjaman jangka panjang untuk membayar hutang tersebut. Arus kas yang berasal
dari Aktivitas Pendanaan, misalnya: a. Penerimaan kas dan surat berharga dalam
bentuk equity (sewajarnya). b. Penerimaan dari penerbitan hutang obligasi dan
hutang jangka panjang lainnya.
Arus kas
keluar yang berasal dari Aktivitas Pendanaan, misalnya:
a. Pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik
atau menebus saham perusahaan.
b. Pembayaran deviden dan pembagian lainnya yang
diberikan kepada pemilik.
c. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lease)
untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna pembiayaan.
C. Metode Penyusunan Laporan Arus Kas
Yang dimaksud
dari analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana akan digunakan dan
bagaimana kebutuhan dana tersebut akan dibelanjakan. Analisis arus kas tersebut
dapat diketahui darimana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Suatu
laporan yang menggambarkan darimana diperoleh dan untuk apa kas tersebut
digunakan, sering disebut sebagai laporan arus kas. Laporan arus kas secara
langsung atau tidak langsung mencerminkan penerimaan kas entitas yang
diklasifikasikan menurut sumber-sumber utama dan pembayaran kas yang
diklasifikasikan menurut pengguna utama selama satu periode. Laporan ini
memberikan informasi yang berguna mengenai aktivitas entitas dalam menghasilkan
kas mengenai aktivitas keuangannya dan mengenai investasi atau pengeluaran
kasnya.
Dalam menyusun laporan arus kas terdapat 2
(dua) Metode yang digunakan yaitu :
1. Metode Langsung
Dalam Metode
Langsung dilaporkan golongan penerimaan kas bruto dari aktivitas operasi dan
pengeluaran kas bruto untuk kegiatan operasi. Perbedaan antara penerimaan kas
dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi akan dilaporkan sebagai arus kas
bersih dari aktivitas operasi. Dengan kata lain, metode langsung mengurangkan
pengeluaran kas operasi dari penerimaan kas operasi. Metode langsung
menghasilkan penyajian laporan penerimaan dan pengeluaran kas secara ringkas.
Dalam Metode
Langsung laporan arus kas juga melaporkan arus kas bersih dari investasi
operasi sebagai golongan utama dari penerimaan kas operasi (misalnya: kas yang
diterima dari pelanggan dan kas yang diterima dari bunga dan deviden) dan
pengeluaran kas (misalnya: kas yang dibayarkan kepada pemasok untuk barang,
kepada karyawan untuk jasa, kepada kreditur untuk bunga dan ke instansi
pemerintah untuk pajak).
Keunggulan
utama dari metode langsung adalah metode ini memperlihatkan laporan penerimaan
dan pengeluaran kas lebih konsisten dengan tujuan suatu laporan arus kas.
Disamping itu, metode langsung ini lebih mudah dimengerti dan memberikan
informasi yang lebih banyak dalam mengambil keputusan. Dengan metode langsung
informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas
bruto dapat diperoleh dengan:
a. Adanya catatan akuntansi perusahaan.
b. Menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan
pos-pos lain dalam laporan laba rugi mengenai:
1) Perubahan persediaan, piutang usaha dan hutang dagang
selama periode berjalan.
2) Pos bukan kas lainnya.
3) Pos lainnya yang berkaitan dengan arus kas
investasi dan pendanaan.
2. Metode Tidak Langsung
Dalam Metode
Tidak Langsung, pengaruh dari semua penangguhan penerimaan dan pengeluaran kas
di masa lalu dan semua akurat dari penerimaan kas dan pengeluaran kas yang
diharapkan pada masa yang akan datang dihilangkan dan laba bersih yang
diperhitungkan laba rugi. Penyediaan ini dilakukan dengan menambahkan pos-pos
yang tidak memerlukan pengeluaran kas kembali ke laba bersih serta penambahan
dan pengurangan kenaikan maupun penurunan hutang dan piutang.
Keunggulan
utama metode ini adalah bahwa hal ini memusatkan perbedaan antara laba bersih
dan aliran kas bersih dari aktivitas operasi. Arus kas bersih dari aktivitas
operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang
usaha selama periode berjalan.
b. Pos bukan kas, seperti: penyusutan, penyisihan,
pajak yang ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum
direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas
dalam rugi konsolidasi / perbandingan.
Arus kas
bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak langsung) dengan
menyajikan pendapatan dengan beban yang diungkapkan dalam laporan laba rugi
serta perubahan dalam persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode
tertentu. Sedangkan dengan cara pelaporan arus kas bentuk investasi dan
pendanaan pada kedua metode, baik langsung maupun tidak langsung adalah sama.
Jadi yang berbeda adalah metode pelaporan arus kas untuk kegiatan operasi
perusahaan.
Lembaga
keuangan mempunyai keinginan yang kuat terhadap metode tidak langsung karena
menurut anggapan mereka metode ini lebih informatif. Meskipun lembaga keuangan
yang menghendaki agar debiturnya menyusun laporan arus kas perusahaannya dengan
metode langsung namun debiturnya tidak dapat begitu saja memenuhi keinginan
kreditur, karena baginya lebih bermanfaat penggunaan metode tidak langsung ini
mampu menggambarkan arus kas bersih dari kegiatan operasi juga pendekatan ini
dapat lebih menarik perhatian dengan penyesuaian yang kompleks.
Metode tidak
langsung juga memberikan informasi keuangan dalam penentuan laba/rugi yang
menggunakan metode aktual basis, dimana metode ini merupakan petunjuk yang
salah dalam penilaian atas arus kas dari operasi. Jika perusahaan terus memakai
metode tidak langsung, maka harus ada pengungkapan yang terpisah mengenai
perubahan-perubahan dalam perkiraan piutang, persediaan barang, investasi,
biaya yang dibayar dimuka dan perkiraan aktiva lancar lainnya. Perkiraan hutang
dagang, gaji, sewa dan perkiraan hutang lancar lainnya untuk menentukan jumlah
bersih perubahan kas dari kegiatan operasi dalam waktu hendak menyesuaikan pendapatan
bersih dengan penerimaan dan pengeluaran bersih dari kegiatan operasi.
Sumber
Comments
Post a Comment